Pupuk Dari Kotoran Hewan dan Cara Menggunakannya
Penggunaan kotoran hewan atau kohe untuk memupuk tanaman ini sangat lazim dilakukan oleh para petani, baik itu sebagai pupuk dasar, pemupukan padi, hortikultura, buah-buahan bahkan untuk tanaman kayu keras dan sebagainya. Karena memang kotoran hewan ini memiliki kandungan hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Namun demikian dalam penggunaannya harus dilakukan dengan benar agar kotoran hewan tersebut benar-benar memberikan manfaat yang optimal bagi tanaman bukan malah sebaliknya.
Untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum menggunakan pupuk dari kotoran hewan tersebut. Nah berikut ini kami ulas mengenai Pupuk Dari Kotoran Hewan dan Cara Menggunakannya secara lengkap.
Pastikan bahwa kotoran hewan yang digunakan sudah matang dan dingin. Istilah matang dan dingin ini mengindikasikan pada 2 hal. Yang pertama mengindikasikan bahwa proses dekomposisi atau penguraian kotoran hewan oleh bakteri ataupun jamur sudah selesai, dan ditandai dengan suhu pada kohe tersebut sudah dingin. Sedangkan kotoran hewan yang belum selesai di urai atau dalam proses penguraian biasanya masih memiliki suhu yang tinggi atau panas. Ciri-ciri pupuk yang telah matang atau telah selesai proses dekomposisinya adalah
- Tidak bau, tidak berbau seperti kotoran hewan pada umumnya
- Bentuk fisiknya telah berubah dari asalnya, biasanya lebih kering dan remah dan mudah terurai
- Suhunya telah dingin
Proses dekomposisi pada kotoran hewan ini dapat terjadi secara alami yaitu dengan membiarkannya begitu saja maka lama kelamaan proses dekomposisi akan selesai, namun membutuhkan waktu yang lama. Dan untuk proses dekomposisi yang lebih cepat dapat dilakukan dengan menggunakan bakteri pengurai atupun jamur untuk mempercepat proses penguraiannya.
Bakteri pengurai yang dapat digunakan untuk mempercepat proses dekomposisi atau istilah lainnya fermentasi dapat diperoleh dengan mudah di toko-toko pertanian, seperti misalnya EM4 Pertanian ataupun menggunakan MOL (mikroorganisme lokal) atau bakteri PGPR yang dapat dibuat sendiri.
Selain menggunakan bakteri, proses dekomposisi juga bisa menggunakan jamur, seperti misalnya menggunakan jamur trichoderma. Penggunaan trichoderma sebagai pengurai dalam proses dekomposisi, akan memberikan manfaat ganda, yaitu selain membantu proses dekomposisi, keberadaan trichoderma ini juga akan membantu kita nantinya dalam mencegah jamur patogen di lahan.
Mengapa dekomposisi penting untuk dilakukan? Karena kotoran hewan yang belum matang atau proses dekomposisinya belum selesai jika diaplikasikan pada lahan atau tanaman akan mengakibatkan dampak buruk yang timbul, diantaranya adalah
- Kematian tanaman atau setidaknya tanaman mengalami stres. Ini akibat dari proses dekomposisi yang biasanya meningkatkan suhu pada kotoran tersebut. Dan jika kotoran tersebut diletakkan di sekitar perakaran atau tanaman maka resikonya tanaman setidaknya mengalami stres atau pada kondisi yang fatal bisa mengalami kematian.
- Kotoran hewan yang belum selesai proses dekomposisinya jika diaplikasikan pada lahan atau tanaman akan membawa masalah berupa jamur patogen dan bakteri yang bisa membahayakan untuk tanaman.
- Kotoran hewan yang belum matang atau belum selesai proses dekomposisinya jika diaplikasikan pada lahan atau tanaman, kotoran hewan tersebut masih membawa bibit gulma, kohe yang demikian biasanya bersumber dari hewan seperti sapi atau kambing yang kadang kala memakan tanaman yang masih memiliki biji-bijian. Sehingga dengan memasukkan kohe tersebut pada lahan pertanian sama saja dengan memberi bibit gulma ke dalam lahan.
- Kotoran hewan yang belum matang atau belum terdekomposisi secara sempurna maka unsur hara yang dimilikinya belum maksimal. Hal ini karena sebagian masih berupa karbon organik mentah, yang artinya masih butuh pengolahan yang lebih lanjut.
Namun jika terpaksa memberikan pupuk yang belum matang ini ke lahan, maka sebelum dilakukan penanaman pada lahan tersebut, terlebih dahulu diamkan pupuk yang telah diaplikasikan pada lahan tersebut agar terjadi proses fermentasi/dekomposisi secara alami. Proses dekomposisi secara alami ini biasanya memakan waktu setidaknya 14 hari, akan tetapi seringkali 14 hari tidak mencukupinya, tergantung ketebalan dan jumlah pupuk yang diaplikasikan serta jumlah bakteri atau pengurai lainnya yang ada pada lahan.
Demikian ulasan mengenai Pupuk Dari Kotoran Hewan dan Cara Menggunakannya, semoga artikel ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat untuk Anda.
Untuk membeli pupuk organik ataupun perlengkapan pertanian lainnya, silakan kunjungi SentraTani.com
Referensi: Channel Youtube Ensiklo