Mengenal Jenis Bibit Porang
Salah satu pengetahuan dasar yang penting untuk diketahui bagi siapa saja yang akan memulai budidaya porang adalah mengenal jenis bibit porang beserta kelebihan dan kekurangannya.
Ada 3 jenis bibit atau benih yang biasa digunakan untuk budidaya porang, apa saja itu? Berikut ini penjelasan selengkapnya.
Katak, umbi katak atau bubil
Katak ini merupakan bibit yang banyak dipilih oleh para pembudidaya porang. Katak ini merupakan pembeda antara tanaman porang dan tanaman sejenisnya, seperti iles-iles, walur dan suweg. Jika pada tanaman porang terdapat katak yang berada pada sela-sela daunnya (ditengah tangkai daun) maka pada tanaman sejenis porang tersebut tidak memilikinya. Ketika masa dormansi terjadi, ketika batang tanaman sudah rebah maka katak ini akan lepas dan dapat digunakan sebagai bibit untuk penanaman selanjutnya.
Jika diperhatikan, biji katak ini memiliki ukuran yang berbeda-beda, ada yang dalam satu kilogramnya berisi 1000, 500, 600 butir dan ada pula yang hanya berisi 200 atau 100 butir. Para petani porang biasanya akan membeli bibit-bibit ini sesuai dengan ketersediaan, luas lahan dan kemampuan belinya. Nah bagi yang ingin mendapatkan bibit dalam jumlah yang banyak namun tidak memiliki modal yang besar, bisa membeli bibit porang yang ukurannya kecil-kecil. Dan sebaliknya jika menghendaki bibit yang berukuran besar, bisa membeli katak dalam ukuran 100-200 biji per kilogramnya.
Ukuran katak ini akan menentukan pertumbuhan tanaman porang nantinya, maksudnya adalah jika katak kecil mustahil akan menghasilkan umbi yang besar secara instan. Oleh karena itu banyak orang yang berlomba-lomba untuk membeli katak yang berukuran besar atau katak super.
Dalam membeli katak untuk bibit ini harus berhati-hati agar tidak salah memilih. Pastikan bahwa katak yang kita beli sudah dorman atau lepas dari pohon secara alami. Hal ini karena jika kita menggunakan biji katak yang dipaksakan untuk dilepas dari daunnya maka akan memiliki kualitas yang berbeda, sehingga ada resiko kebusukan serta pertumbuhan yang tidak sempurna, akibat dari kurangnya fase pematangan biji katak tersebut.
Biji porang, biji bunga porang atau spora
Biji porang ini bersumber dari bunga porang. Biji porang ini merupakan bibit terkecil dari tanaman porang sehingga dalam 1 kg bisa berjumlah 3000-4000 butir biji. Ketika musim tanam hampir habis atau mendekati musim puncak penanaman, harga biji porang ini cukup mahal, dalam satu kilogram bisa mencapai 1 juta hingga 1.400.000. Akan tetapi di awal musim seperti bulan Juni atau Juli harganya lebih murah yaitu 700 ribu sampai 1 juta saja.
Penggunaan biji ini sebenarnya bisa kita persiapkan mengingat porang tumbuh untuk 2 periode tanam atau 2 periode tumbuh, penggunaan bibit berupa biji ini bisa kita gunakan untuk mempersiapkan bibit pada tahun yang akan datang. Misalnya ketika musim tanam tahun ini menanam biji porang/spora maka pada bulan juni atau Juli pada musim kemarau kita bisa mendapatkan bibit dalam bentuk umbi. Biasanya umbi hasil dari penanaman biji memiliki ukuran maksimal 2 ons bahkan 1 ons dan masuk dalam kategori kecil karena ditanam dari bibit yang kecil. Namun jika dilakukan perawatan yang baik selama pertumbuhannya bisa juga menghasilkan umbi yang lebih besar yaitu 2,5 ons.
Umbi
Umbi porang sebenarnya merupakan bagian yang nantinya akan dipanen. Namun selain itu umbi juga dapat digunakan sebagai proses pembibitan atau penanaman seperti pembibitan pada penanaman bawang merah atau bawang putih yang mana proses penanamannya dilakukan menggunakan umbinya.
Umbi porang ini dapat diperoleh dengan menanam katak atau biji porang/spora yang mana umbi tersebut dapat kembali ditanam sebagai bibit.
Bibit porang dari umbi ini memiliki berbagai ukuran dari yang kecil sampai yang besar. Semakin besar bibit umbi yang kita tanam sebagai bibit, maka akan semakin besar pula umbi yang nantinya dihasilkan.
Selain dapat diperoleh dari penanaman katak dan biji, umbi porang yang akan dijadikan bibit juga bisa diperoleh dengan membelinya dari penjual bibit porang. Nah, saat memilih bibit umbi ini harus berhati-hati dan pastikan bahwa umbi tersebut benar-benar berkualitas.
Yang pertama pastikan bahwa bibit umbi tersebut adalah bibit yang dorman sempurna, yaitu umbi yang diperoleh dari tanaman yang sudah tua, mati, kering dan rebah dengan sendirinya. Ciri-cirinya pada umbi terdapat lubang atau bekas pangkal batang pohon yang terlepas secara alami karena batangnya mengering.
Maka dari itu jika kita mendapati umbi porang yang pada bekas pangkal batangnya terdapat bekas potongan yang tidak alami, itu artinya bahwa umbi porang tersebut belum dorman sempurna, karena batang dipotong dengan sengaja dari umbinya sebelum waktunya atau sebelum batang terlepas secara alami, sehingga tidak layak untuk dijadikan bibit.
Ada pula bibit dari umbi porang yang sudah mulai tumbuh tunas. Umbi ini juga layak untuk ditanam meskipun sudah mulai bertunas. Hal ini karena bibit umbi yang dorman sempurna ketika memasuki atau mendekati musim penghujan maka umbi tersebut akan merespon kelembaban dengan memunculkan tunas.
Selain itu pastikan pula umbi yang dipilih tersebut dalam kondisi sehat atau prima. Indikasinya bahwa tidak terdapat cacat pada umbi berupa busuk atau jamur yang parah, namun jika hanya 1-2 titik jamur, dapat kita atasi dengan pemberian fungisida dan disusul dengan pemberian abu. Akan tetapi jika busuk atau jamurnya parah, sebaiknya tidak dipilih.
Pemilihan bibit yang tepat ini akan menentukan 2 hal, yang pertama tentunya hasil atau produktivitas setelah bibit ditanam dan ketahanan umbi bibit dalam penyimpanan (jika tidak segera ditanam). Jika bibit disimpan dalam kondisi banyak jamur maka jamur tersebut akan mudah menular pada bibit yang lainnya meskipun disimpan dalam hitungan hari atau dalam 1 minggu saja, karena proses penularannya cukup cepat dan tentunya hal ini akan sangat merugikan.
Maka dari itu dalam pemilihan bibit umbi ini harus benar dilakukan dengan hati-hati dan penuh ketelitian.
Dari ketiga bibit porang tersebut memiliki keunggulan dan kekurangannya masing-masing. Misalnya bibit yang berasal dari biji bunga atau spora memiliki keunggulan bisa diperoleh dengan harga yang relatif murah namun dengan jumlah yang banyak jika dibandingkan dengan katak dan umbi. Namun porang yang ditanam dari biji ini akan menghasilkan tanaman yang kecil, sehingga proses penanaman hingga pemanenan akan lebih lama, membutuhkan waktu dan tenaga yang lebih banyak.
Sedangkan jika kita menanam umbi, misalnya umbi seberat 500 gram, maka saat panen umbi tersebut dapat tumbuh dan berkembang menjadi 2 kg atau lebih tergantung perawatan, kegemburan lahan dan nutrisi yang diberikan. Artinya semakin besar bibit umbi yang ditanam maka semakin cepat proses tanamnya. Akan tetapi di lain sisi, kelemahan penanaman menggunakan umbi adalah soal angka kematian. Umbi porang tidak selalu besar, terdapat pula umbi yang bentuknya kecil seukuran katak.
Sementara untuk katak ini merupakan bibit yang tangguh dengan persentase hidupnya saat ditanam akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan biji maupun umbi, yang terkadang pada umbi mengalami kebusukan atau serangan jamur yang dapat menyebabkannya kerusakan/busuk pada saat penamanam.
Demikian ulasan mengenai Mengenal Jenis Bibit Porang, semoga artikel ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat untuk Anda.
Untuk membeli bibit porang ataupun perlengkapan pertanian lainnya, silakan kunjungi SentraTani.com
Referensi: Channel Youtube Ensiklo