Budidaya Terong Ungu
Terong atau terung (Solanum Melongena) adalah tumbuhan penghasil buah yang dijadikan sayur-sayuran. Tanaman terong konon berasal dari Sri Lanka dan India Terung berkerabat dekat dengan kentang dan leunca (pokak), dan agak jauh dari tomat.
Tanaman terong merupakan tanaman sayuran yang mampu berproduksi hingga 2 tahun dan memiliki produktivitas yang cukup tinggi. Budidaya terong juga berlangsung singkat hanya dalam waktu 2 bulan sejak tanam sudah dapat dipanen. Karena itu terong menjadi salah satu jenis sayuran dengan prospek yang menjanjikan.
Diantara jenis terong yang banyak dibudidayakan oleh petani adalah terong ungu, terong ungu merupakan salah satu jenis terong yang banyak dibudidayakan di Indonesia, karena harga jual yang tinggi dan juga permintaan yang sangat banyak. Terong ungu ini memiliki bentuk bulat memanjang, berwarna ungu mengkilap, memiliki kulit tipis dan juga memiliki ujung tumpul.
Terong cocok jika ditanam di musim kemarau, agar produksinya optimal dibutuhkan cara dan waktu budidaya yang tepat, selain itu diperlukan pula benih yang jelas daya produksinya dan dapat diterima pasar.
Terong dapat ditanam di dataran tinggi dan juga dataran rendah tergantung varietas yang digunakan, karena itu agar tanaman dapat tumbuh optimal, usahakan sesuaikan varietas benih dengan lokasi penanaman.
Jika anda tertarik budidaya terong ungu, berikut ini kami ulas tahapan-tahapan cara budidayanya.
Tahap persiapan lahan
Gemburkan lahan dengan cara ditraktor, dibajak atau dicangkul, buat bedengan dengan ukuran lebar 120-140 cm, tinggi 20-30 cm, jarak antar bedengan 20-30 cm sedangkan panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan yang digunakan.
Taburkan kapur pertanian/dolomit pada setiap bedengan, kebutuhan kapur pertanian disesuaikan dengan tingkat keasaman tanah, adapun daftar kebutuhan kapur pertanian/dolomit adalah sebagai berikut :
Tambahkan pupuk organik sebanyak 20 ton per hektar lahan, atau rata-rata 1kg/tanaman, dan juga insektisida karbofuran sebanyak 20 kg/hektar atau sekitar 1 gr/tanaman.
Tambahkan pula pupuk dasar kimia pada bedengan, jumlah pupuk kimia dihitung berdasarkan kebutuhan per tanaman. Pupuk yang diberikan yaitu bokashi dan SP 36 30 gram dan ZA 30 gram, pupuk kimia ini ditaburkan pada alur di tengah bedengan dan tidak diaduk. Tutup pupuk dengan tanah bedengan kemudian rapikan kembali permukaan bedengan.
Tutup bedengan dengan mulsa hitam perak, dengan warna perak di bagian atas. Pemasangan mulsa sebaiknya dilakukan siang hari agar mulsa mudah ditarik dan dikembangkan maksimal.
Tahap persemaian
Sebelum ditanam, benih terong sebaiknya disemai terlebih dahulu.
Siapkan media semai berupa campuran tanah dan kompos dengan perbandingan 1:1, masukkan media semai pada pot tray atau wadah tempat menyemai benih, dan benih siap disemai. Selama masa semai lakukan penyiraman secara rutin setiap hari, benih mulai berkecambah pada usia 7-10 hari setelah semai.
Bibit yang sudah siap dipindah tanam adalah yang sudah berdaun dua atau sudah berusia 25-28 hari setelah semai.
Tahap penanaman
Sebelum proses pindah tanam, terlebih dahulu buat lubang tanam pada bedengan dengan cara ditugal, jarak tanam ideal bagi terong adalah 50-70 cm dalam barisan dan 80-90 cm antar barisan, kemudian masukkan bibit pada lubang tanam, setiap lubang diisi dengan satu bibit tanaman, lalu ditutup dengan tanah halus.
Proses pindah tanam sebaiknya dilakukan pada sore hari dan diikuti dengan penyiraman untuk mencegah tanaman menjadi layu, kemudian pasang lanjaran/ajir pada setiap lubang tanam, pemasangan ajir paling lambat 7 hari setelah tanam.
Tahap perawatan
Tahap perawatan tanaman terong meliputi penanaman kembali/penyulaman, penyiraman, penyiangan gulma, pemangkasan daun tua, pemupukan susulan dan pengendalian hama penyakit.
Penanaman kembali dilakukan pada tanaman yang gagal tumbuh atau mati, selambat-lambatnya 7 hari setelah tanam agar pertumbuhan tanaman menjadi seragam.
Proses penyiraman dapat dilakukan secara berkala 2-3 kali sehari pada musim kemarau, sedangkan pada musim hujan cukup 1 kali sehari. Penyiraman secara berkala ini dilakukan sampai tanaman dapat beradaptasi dengan baik yaitu 15 HST. Untuk selanjutnya proses penyiraman dapat dilakukan dengan cara di leb yaitu air digenangkan ke dalam parit selama beberapa menit sambil disiramkan ke tanaman menggunakan gayung. Penyiraman dengan cara leb ini dilakukan 2 kali dalam seminggu.
Penyiangan atau pembersihan rumput/gulma dilakukan 3 kali dalam seminggu, kebersihan lahan akan membantu tanaman terong terhindar dari serangan hama dan penyakit.
Untuk hasil yang bagus diperlukan pemupukan yang berimbang, untuk itu dosis dan waktu pemberian pupuk susulan harus tepat diberikan.
Urea tablet diberikan di sekitar tanaman 5-7 cm dari batang. Pada musim hujan pemupukan dilakukan dengan cara ditugal di tengah antar 2 tanaman, sedangkan pada musim kemarau pemupukan dilakukan dengan cara dikocor dengan dosis larutan 250 ml/tanaman.
Yang tak kalah penting dalam budidaya terong adalah pengendalian hama dan penyakit. Jenis hama yang biasa menyerang tanaman terong adalah kumbang daun, kutu daun, aphids dan ulat buah. Sedangkan penyakit utamanya adalah, layu bakteri, virus kuning dan busuk buah.
Serangan hama dan penyakit tidak mengenal musim, oleh karena itu untuk mengantisipasi serangan hama dan penyakit sebaiknya dibuat jadwal penyemprotan.
Dosis semprot dan konsentrasi racun disesuaikan dengan anjuran yang tertera pada label kemasan pestisida.
Penggunaan pestisida sebaiknya tidak terus menerus menggunakan satu bahan aktif, tetapi diselang-seling menggunakan beberapa merek dan bahan aktif maupun cara kerja yang berbeda, hal ini untuk menghindari kekebalan pada jasad sasaran.
Tahap pemanenan
Buah terong biasanya dapat dipanen pada usia 57 hari setelah tanam, tergantung varietas yang ditanam. Tanaman terong dapat dipanen setiap 4-5 hari sekali sampai buahnya habis.
Waktu panen sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari agar terong tetap dalam kondisi segar. Cara memanennya yaitu buah dipetik dengan tangkainya.
Jumlah hasil panen berbeda-beda tergantung varietas yang ditanam, namun umumnya terong lonjong ungu dapat menghasilkan panen 50-70 ton/hektar.
Demikian penjelasan dan tahapan cara budidaya terong ungu, semoga artikel ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat untuk anda.
Untuk membeli benih terong maupun perlengkapan pertanian lainnya silakan kunjungi SentraTani.com
Sumber : Channel Youtube PANAH MERAH TV