Budidaya Kelengkeng Kateki
Kelengkeng merupakan salah satu komoditas hortikultura yang kini banyak dibudidayakan masyarakat, dari berbagai jenis kelengkeng unggul yang ada kelengkeng kateki adalah salah satunya. Kateki merupakan nama varietas kelengkeng yang dirilis oleh Kementerian Pertanian RI pada tahun 2016, dinamakan kateki karena tanaman induk tunggal atau PIT nya berasal dari Padukuhan Kateki Desa Kebun Rejo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang.
Pemiliknya adalah Samlawi pemulia tanaman buah-buahan, penangkaran dan pembibitan tanaman kelengkeng kateki terus dikembangkan di wilayah ini.
Sekilas tanaman kelengkeng kateki hampir sama dengan kelengkeng itoh, perbedaanya terlihat pada bentuk daunnya yang lebih memanjang dan menjuntai ke bawah, tekstur daun mudanya tidak kaku dengan warna hijau kekuningan memiliki cabang yang lebih kokoh dan pertumbuhannya lebih besar dan tinggi atau bongsor apabila dibandingkan dengan kelengkeng itoh.
Dibalik warna khas kulit buahnya yang coklat, kelengkeng kateki memiliki rasa buah yang manis, daging buahnya yang tebal, kering, berbiji kecil aromanya lembut dan jika digigit sangat terasa renyahnya.
Berikut ini ulasan mengenai budidaya kelengkeng kateki.
PEMBIBITAN
Pada dasarnya perbanyakan tanaman kelengkeng dapat dilakukan dengan berbagai macam cara namaun pada kesempatan kali ini KampusTani.com akan membahas perbanyakan tanaman kelengkeng dengan menggunakan metode side grafting atau sambung samping.
Alat-alat yang dibutuhkan untuk melakukan sambung samping adalah guntung pangkas, pisau okulasi untuk menyayat dan plastik grafting berukuran panjang 22 cm dan lebar 3 cm.
Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah :
- Batang bawah atau root stock, yaitu tanaman yang berfungsi untuk batang bagian bawah yang masih dilengkapi dengan sistem perakaran yang berfungsi mengambil makanan dari dalam tanah untuk batang atas atau tajuknya.
- Entres atau batang atas adalah calon bagian atas atau tajuk tanaman yang kemudian hari akan menghasilkan tanaman berkualitas unggul.
Dalam hal ini batang bawah diperoleh dari tanaman yang tumbuh dari biji, batang bawah harus memiliki pertumbuhan yang bagus, terhindar dari berbagai penyakit, sehat dan subur, hal itu dapat terlihat dari bentuk tanaman yang sempurna, daunnya hijau dan terlihat rimbun, berpostur tegak, diameter batang kurang lebih 0,5-0,7 cm atau seukuran pulpen, telah berumur 1 tahun dan dapat menggunakan jenis kelengkeng lokal karena lebih adaptif.
Sedangkan untuk batang atas atau entresnya tentunya berasal dari pohon induk yang telah diketahui sifat-sifat unggulnya, syaratnya adalah berasal dari cabang tunas air, terhindar dari penyakit dan sehat, memiliki 3 titik tunas, meskipun nantinya yang dipergunakan hanya 2, dan telah cukup umur.
Setelah entres dipotong dari pohon induk, langkah berikutnya adalah memangkas semua daun yang ada hingga tak satupun terdapat daun tersisa dari entres terpilih ini. Selanjutnya entres-entres ini sudah siap dilakukan sambung samping dengan batang bawa yang sudah disiapkan sebelumnya.
Setelah batang bawah dan batang atas siap, langkah selanjutnya adalah menyambungnya, berikut ini tahapan-tahapannya :
- Buat dua buah torehan hingga menyentuh jaringan kayu secara vertikal dan sejajar sepanjang 2-3 cm pada tanaman batang bawah.
- Kemudian kedua torehan vertikal tersebut dihubungkan dengan torehan horizontal di bagian atasnya, lalu tarik kulit batang tanaman hingga terbuka membentuk lidah, potong lidah tersebut dan sisakan kurang lebih 0,5 cm saja agar dapat disisipi batang atas
- Pangkal entres/batang atas terpilih disayat menyerong seperti tombak sepanjang 2-3 cm pada satu sisinya, begitu pula pada sisi lainnya disayat serong lebih pendek dengan perlukaan hanya beberapa milimeter saja
- Penyisipan entres dilakukan sampai menempel rata pada kayu batang bawah, yang penting perlukaan lebar pada entres harus menempel pada kayu, sedangkan sisi lainnya menempel pada kulit kayu
- Ikat dan balut sambungan dengan plastik grafting, pengikatan dilakukan hingga menutupi seluruh batang atas yang disisipkan serapat mungkin untuk menghindari masuknya air ke titik sambungan atau perlukaan yang dapat mengakibatkan pembusukan, jika hal itu terjadi maka upaya sambung samping gagal, pengikatan dan pembuatan secara rapat juga dapat menjaga kelembaban.
Setelah proses sambung selesai tanaman dapat diletakkan di tempat terbuka agar terkena sinar matahari. Pada hari ke 30-35 setelah tindakan sambung samping, batang atas akan terlihat pertumbuhannya meskipun berada di balik balutan plastik grafting, oleh karena itu pada masa ini perlu dilakukan pengecekan sambungan, caranya adalah dengan membuka ikatan dan balutan plastik grafting.
Keberhasilan tindakan sambung samping ditandai dengan menyatunya batang bawah dengan batang atas, jika demikian setelah ikatan dan balutan dibuka dan didiamkan selama 2-3 hari perlu dilakukan pemotongan batang bawah diatas titik sambungan, tujuannya agar nutrisi atau makanan terdistribusi untuk pertumbuhan tunas baru.
Selain teknik pemotongan langsung, upaya ini dapat pula dilakukan dengan teknik bending atau membengkokkan pertumbuhan batang atas terlebih dahulu, lokasinya juga di atas titik sambungan.
Setelah tunas bisa melakukan fotosintesis sendiri, kurang lebih satu minggu setelah bending dilakukan, batang bawah bagian atas sambungan dapat dipotong, yang jelas kedua teknik ini sama-sama aman dilakukan.
Kemudian pada umur tanaman 1 bulan setelah pembukaan ikatan, perlu dilakukan penggantian polybag ke ukuran yang lebih besar, tujuannya agar bataag tanaman dapat tumbuh lebih kuat, kekar, berdaun rimbun dan akar tanaman dapat tumbuh lebih lebat lagi, sebab jika penggantian polybag tidak dilakukan selama bibit belum dilepas ke lahan pembesaran, dikhawatirkan bibit akan mudah layu, pertumbuhan tidak optimal dan tidak menutup kemungkinan bibit akan mati. Karenanya dalam penggantian polybag ini juga dilakukan penambahan media tanam berupa pupuk, mengingat porsi makanan yang dibutuhkan juga bertambah seiring dengan pertumbuhannya. Penggatian polybag dengan ukuran yang lebih besar lagi dapat dilakukan pada bibit tanaman yang berumur 4 bulan setelah pembukaan ikatan pada sambungan.
PENANAMAN
Bibit tanaman kelengkeng kateki dapat dipindah tanam ke lahan yang lebih luas lagi pada umur 6-8 bulan, lubang tanam dibuat dengan ukuran panjang dan lebar 1 m dan kedalamannya 50 cm, sedangkan jarak tanamnya 6 m.
Proses persiapan lahan tentunya harus dilakukan sesuai dengan tahapan yang telah ditetapkan sebelum penanaman dilakukan.
PERAWATAN
Perawatan sehari-hari tanaman kelengkeng kateki yang dilakukan antara lain penyiraman, pemupukan, pengendalian hama penyakit, pemangkasan dan ketika tanaman sudah dewasa dapat dilakukan pembungaan.
Dalam budidaya tanaman kelengkeng, pemangkasan bentuk dan pangkas produksi menjadi keharusan. Pangkas bentuk dilakukan pada tanaman kelengkeng berumur 6 bulan, tujuannya untuk membentuk tajuk tanaman seawal mungkin, sedangkan pangkas produksi dilakukan pada tanaman kelengkeng berumur 1,5 tahun, tujuannya untuk merangsang munculnya tunas-tunas produktif, khususnya tunas-tunas yang berada pada tajuk bagian terluar dari tanaman, semakin banyak tunas produktif di ujung ranting maka kemungkinan munculnya buah akan semakin banyak.
Pemangkasan juga perlu dilakukan pada tanaman kelengkeng yang telah selesai dipanen, tidak lain adalah untuk mengembalikan kondisinya seperti semula, bahkan pada tanaman kelengkeng yang over aplikasi booster pun harus dilakukan pemangkasan.
Tanaman kelengkeng kateki tak berbeda dengan jenis tanaman kelengkeng unggul lainnya, ketika memasuki fase pembungaan dan masa panen tanaman kelengkeng ini juga memerlukan perlakuan khusus yakni pemboosteran atau perangsangan.
Perangsangan dilakukan manakala tanaman telah memiliki percabangan yang kokoh atau setidaknya sudah berumur 2 tahun dan memiliki kerimbunan dengan rentang tajuk serta ranting sekitar 3 meter.
Yang penting adalah jika aplikasi perangsangan dilakukan pada musim kemarau maka pada hari ke 3 -5 perlu dilakukan penyiraman tanaman agar larutan perangsang terserap merata di perakaran tanaman, namun apabila perangsang diaplikasikan pada musim hujan, maka setelah perangsangan tanah di sekitar pangkal tanaman ditutup dengan mulsa plastik, tujuannya agar booster tidak terlarut dan terbuang bersama air hujan.
Lebih kurang 3-4 minggu kemudian tanaman kelengkeng kateki akan berbunga, inisiasi tunas bunga terjadi pada minggu ke 3 dan bunga lengkap akan terjadi pada minggu ke 4 setelah booster diaplikasikan. Kemudian 4 minggu berikutnya setelah bunga lengkap akan muncul bakal buah.
Hama pengganggu dalam budidaya kelengkeng pada yang utama adalah kelelawar, oleh karena itu ketika wangi buah muncul harus segera dilakukan pemberongsongan,
Sampai dengan saat ini teknologi pemberongsongan buah masih menjadi satu-satunya cara paling efektif dilakukan untuk mengendalikan kelelawar, hama yang sangat menyukai buah kelengkeng.
Tanaman kelengkeng kateki terkenal akan kemampuannya berbuah sepanjang tahun tanpa mengenal musim, bahkan tanaman ini juga memiliki tingkat produktivitas yang tinggi. Pada panen perdana tanaman kelengkeng kateki yang berumur 2 tahun mampu menghasilkan 10-20 kg buah kelengkeng, kemudian pada umur 3 tahun mampu menghasilkan 30-40 kg buah dan di tahun-tahun berikutnya akan mengalami peningkatan produksi sampai 50%, bahkan pada kurun waktu tertentu dapat mencapai lebih dari 100 kg asalkan kebutuhan unsur makro dan mikro untuk tanaman terpenuhi.
Demikian ulasan mengenai Budidaya Kelengkeng Kateki, semoga artikel ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat untuk anda.
Untuk membeli bibit kelengkeng ataupun perlengkapan pertanian lainnya silakan kunjungi SentraTani.com
Sumber : Channel Youtube TVRI Jogja