Budidaya Cabai Merah
Cabai merah adalah salah satu komoditas sayuran yang memiliki banyak manfaat, bernilai ekonomi tinggi dan mempunyai prospek pasar yang cerah. selain dapat dikonsumsi dalam bentuk segar, juga digunakan untuk campuran bumbu masak. Selain itu, cabai dapat diawetkan dalam bentuk acar, diolah menjadi saus, tepung cabai dan buah kering.
Cabai merah cocok dibudidayakan didataran rendah ataupun didataran tinggi dengan ketinggian 0-1000 m dpl. Bisa ditanam di lahan sawah dan bisa pula di lahan kering atau ladang. Tanah yang baik untuk pertanaman cabai adalah berstruktur remah, atau gembur, subur, kaya akan bahan organik, pH tanah antara 6-7. Kandungan air tanah juga perlu diperhatikan. Hal tersebut terkait dengan tempat tumbuh tanaman cabai (sawah atau ladang). Tanaman cabai yang dibudidayakan di sawah sebaiknya ditanam pada akhir musim hujan, sedangkan di ladang sebaiknya ditanam pada musim hujan. Dengan pemilihan musim tanam yang tepat, air di sawah tidak berkelebihan dan air tanah di lahan kering tidak berkekurangan untuk menjamin pertumbuhan tanaman cabai.
Usaha cabai tidah terbatas hanya di lahan disawah atau di ladang, akan tetapi tanaman cabai bisa ditanam di pekarangan rumah. Bila lahan pekarangan luas, model budidaya cabai bisa di bedengan dan dikombinasi dengan pot atau polybag. Bila lahan pekarangan sempit model budidaya cabai bisa di pot, atau di polybag. Untuk lebih memudahkan didalam pemeliharaan maka biji atau benih cabai perlu disemai lebih dahul
B. Pemilihan varietas
Varietas yang dianjuran adalah Lembang-1, Tanjung 2, Hot Chili, Hot Beauty dan lain-lain. Yang beredar dipasaran kebanyakan varietas Putih F1 dan Keriting (panah merah). Daya tumbuhnya lebih dari 95 %, vigor murni, bersih dan sehat. Kebutuhan benih 250-350 gram per hektar.
C. Model budidaya bedengan
Pembibitan
Pembibitan termasuk salah satu kegiatan awal dari kegiatan budidaya cabai. Wadah semai yang perlu disediakan adalah kotak kayu, atau polybag berukuran 10 x 12 cm² (berdiameter 5 cm) atau gelas aqua yang sudah dilubangi bagian bawah sisi kiri dan kanan sebanyak 3-4 lubang. Masukan media semai berupa campuran tanah dan pupuk kandang/kompos dengan perbandingan 1:3 kedalam wadah persemaian. Bila tanahnya berliat bisa ditambah pasir.
Sebelum disemai, biji/benih cabai direndam dahulu di dalam air hangat (50°C) selama 1 jam. Kemudian biji/benih yang sudah direndam dibenamkan di dalam media semai kotak kayu dengan jarak 1-3 cm. Bila menggunakan polybag atau gelas aqua biji dibenamkan 1-2 biji per polybag atau per gelas aqua. Tutup biji dengan lapisan tanah tipis atau kompos. Biji yang telah dibenam disiram sampai basah kemudian ditutup dengan daun pisang selama 3-5 hari. Wadah tersebut diteduhkan di rumah persemaian. Penyiraman dilakukan setiap hari sampai bibit cabai berumur 4-5 minggu. Bibit tersebut sudah siap untuk ditanam.
Pengolahan tanah.
Lahan pekarangan dibersikan dari gulma. Kemudian tanahnya dicangkul sedalam 20 – 30 cm supaya gembur. Setelah itu, bedengan dibuat dengan ketinggian sekitar 10-20 cm pada musim kemarau dan pada musim hujan 40-50 cm. Lebar bedengan sekitar 1-1,2 m, dan panjang tergantung ukuran/bentuk lahan. Jarak antar bedengan sekitar 40 cm atau disesuaikan dengan keadaan tanah. Bila pH tanah kurang dari 5,0 maka perlu ditambahan kapur pertanian/Dolomit sebanyak 150 gram/1m² dan diaplikasikan 3-4 minggu sebelum tanam. Setelah tanah bagian atas bedengan diratakan, dibuat lubang tanam dengan jarak tanam 50 cm x 40 cm atau 60 cm x 50 cm atau 50 cm x 70 cm sehingga tiap bedengan terdapat 2 barisan tanaman. Setiap lubang tanam dimasukan 1 kg pupuk kandang ayam atau kotoran sapi atau kompos ke dalam lubang tanam. Semprot larutan pupuk cair Bioboost/EM4 (10 ml/1 liter air) ke dalam lubang tanam tersebut, kemudian permukaan lubang tanam ditutup dengan tanah. Biarkan selama 3 hari dan bedengan siap untuk ditanami.
Penanaman
Bibit/anakan cabai sudah bisa ditanam ketika anakan berumur 4-5 minggu setelah disemai. Bibit yang disemai di kotak kayu atau di polybag ukuran kecil atau digelas aqua dipindahkan ke bedengan secara hati-hati agar akar tanaman tidak putus. Penanaman dilakukan pada lubang tanam yang telah disediakan dengan jarak tanam 50 cm x 40 cm atau 60 cm x 50 cm atau 50 cm x 70 cm.
D. Model budidaya pot atau polybag
Pot atau polybag adalah wadah tanam yang digunakan sebagai model budidaya cabai pada lahan pekarangan sempit. Pot atau polybag berukuran 30 cm x 30 cm atau 40 cm x 40 cm dapat digunakan untuk menanam cabai. Pot atau polybag harus dilubangi 4-5 lubang dibagian bawah sisi kiri dan kanan wadah untuk membuang air berkelebihan supaya tidak tergenang. Sebaiknya polybag dibalik sebelum diisi media tanam agar polybag dapat berdiri kokoh dan tidak mudah roboh.
Media tanam yang digunakan berupa campuran tanah dan pupuk kandang atau kompos, dengan perbandingan 1:1, 1:2, atau 1:3, tergantung tingkat kesuburan dan tekstur tanah. Masukan media ke dalam pot atau polybag sampai penuh. Sisakan jarak sekitar 1 cm dari bibir wadah. Semprot larutan pupuk cair Bioboost/EM4 (10 ml/1 liter air) pada permukaan tanah di pot atau polybag, kemudian pot atau polybag ditutup dengan karung goni selama 3 hari. Pot atau polybag siap untuk ditanami.
Penanaman
Sebelum dilakukan penanaman, pot atau polybag yang sudah terisi dengan media tanam disiram terlebih dahulu untuk memudahkan penanaman. Penanaman di pot atau di polybag dilakukan dengan cara pindah anakan cabai dari kotak kayu persemaian atau dari polybag persemaian atau dari gelas aqua ke dalam pot atau polybag berukuran 30 cm x 30 cm atau 40 cm x 40 cm dengan jumlah anakan, 1 anakan per pot atau per polybag.
Benih cabai juga bisa ditanam langsung di pot atau di polybag tanpa melalui proses persemaian. Akan tetapi cara tanam seperti ini membutuhkan benih yang banyak dan pemeliharan harus intensif. Anakan harus dikurangi sampai sisa 1 anakan di dalam polybag atau sulam benih yang tidak tumbuh di dalam polybag.
Perawatan
Tanaman cabai perlu disiram setiap hari sampai tanaman tumbuh normal, kemudian diulang sesuai kebutuhan. Penyulaman dilakukan terhadap tanam yang sakit atau mati paling lambat 1 -2 minggu setelah tanam. Pengendalian gulma dilakukan bersamaan dengan penggemburan tanah dan pemberian pupuk susulan. Pemberian ajir untuk menopang berdirinya tanaman. Tunas air yang tumbuh di bawah cabang utama sebaiknya dipangkas. Penggemburan tanah atau pendangiran dilakukan bersamaan dengan pemupukan kedua atau pemupukan susulan.
Pupuk susulan pertama setelah tanaman berumur 15 hst dengan cara semprot larutan pupuk cair Bioboost/EM4 (10 ml/1 liter air) pada batang tanaman. Pupuk susulan kedua dan ketiga setelah tanaman berumur 30 hst dan 45 hst. Cara memupuk dan dosis pupuk sama seperti pemupukan susulan pertama. Pupuk organic cair Landeto (untuk buah) atau Hantu dapat juga diberikan pada tanaman sebagai pupuk tambahan dengan dosis 2 tutup botol/10 liter air. Larutan pupuk ini disemprot pada tanaman dengan waktu pemberian setelah tanaman berumur 18 hst, 33 hst, dan 48 hst, 60 hst dan 75 hst.
Jika ada tanaman terserang hama dan penyakit, segera ditanggulangi secara mekanis (dicabut dan dibakar) atau disemprot dengan fungisida dan insektisida nabati.
Panen
Cabai merah dapat di panen pertama kali pada umur tanaman 70 – 75 hari setelah tanam. Panen dapat dilakukan selang 3-7 hari sekali. Buah cabai dapat dipanen matang hijau atau setelah matang penuh tergantung kebutuhan.
Sumber : maluku.litbang.pertanian.go.id