Budidaya dan Pengolahan Tanaman Kakao
Kakao (Theobroma cacao L) adalah salah satu jenis tanaman penyegar yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Pengembangan kakao di Indonesia pada tahun 2010 sudah mencapai areal seluas 1.677.254 Ha yang sebagian besar 95% dikelola perkebunan rakyat. Salah satu factor penentu keberhasilan pengembangan kakao tersebut yaitu adanya dukungan ketersediaan bahan tanaman unggul dan bermutu.
Budidaya Tanaman Kakao
Budidaya tanaman kakao dapat dikembangkan dengan cara perbanyakan yaitu secara generatifmaupun vegetatif. Tanaman kakao ini cocok tumbuh di ketinggian 0-400 mdpl, dengan kemiringan tanah <45%. Budidaya kakao perlu naungan, pengembangan kakao tanpa naungan sulit berhasil. Berdasarkan fungsinya terbagi menjadi dua yaitu naungan sementara dan naungan tetap. Pemeliharaan tanaman kakao dilakukan penyulaman terhadap tanaman yang mati, selain itu juga dilakukan pemupukan dan pemangkasan.
Hama dan Penyakit
Penyakit utama menyerang tanaman kakao yaitu busuk buah (Phytophthora palmivora) yang disebabkan oleh hama penghisap (Helopeltis sp). Adapun pengendalian hama penyakit ini dengan cara: pemangkasan, sanitasi, penanaman buah busuk dan penyemprotan fungisida.
Panen dan Pascapanen
Pengolahan hasil kakao rakyat. Sebagai salah satu sub system agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Pemanenan buah kakao dengan memilih buah yang telah masak (perubahan warna) sehingga mendapatkan mutu biji baik dan rendemen tinggi. Tahapan pengolahan kakao antara lain: panen buah, sortasi buah, pengupasan buah, setelah pengupasan biji kemudian di fermentasi. Fermentasi in I dibertujuan membentuk cita rasa khas coklat. Setelah dilakukan fermentasi biji kakao kemudian dikeringkan. Standar biji kakao Indonesia diatur dalam Standar Nasional Biji Kakao (SNI 2323:2008). Secara umum standar biji kakao ditentukan atas dasar : ukuran biji, tingkat kekeringan dan tingkat kontaminasi.
Sumber: dph.madiunkab.go.id